Nama M. Night Shyamalan terbukti masih bisa menjual sebuah film. Namanya selalu terpampang di setiap poster filmnya dengan rentetan film-film bagus garapannya sebagai referensi. Prestasinya dalam meramu film horor dan thriller dengan bumbu twist ending terkadang mengundang pujian, namun tak jarang juga mengundang cacian. Setelah menggarap serial berepisode 10 yang dibintangi Matt Dillon, Wayward Pines, Shyamalan kembali ingin menakut-nakuti penonton dengan gaya found footage. Found footage sendiri (buat yang belum tahu) adalah teknik semi dokumenter dimana sudut pandang penonton berasal dari kamera amatir yang dipegang pemeran utama. Tekhnik ini sebenarnya sangat tidak mengenakkan ditonton. The Blair Witch Project, Cloverfield atau Paranormal Activity memakai teknik yang sama dan hasilnya: membuat pusing kepala penonton.
Kembali lagi ke The Visit ya, premis yang disuguhkan sebenarnya sangat menjanjikan. The Visit berkisah tentang seorang ibu yang lama tak berjumpa orang tuanya. Setelah mereka bertemu lagi lewat internet, sang ibu mengirim dua anak remajanya bertemu dengan kakek nenek mereka yang belum pernah mereka jumpai. Awalnya, dua kakak beradik ini cukup menikmati pengalaman mereka, namun perlahan mereka menemukan hal-hal aneh tentang kakek nenek mereka. Hingga klimaksnya mereka menemukan fakta mengejutkan saat semua hampir terlambat.
Dengan premis menjanjikan seperti itu, seharusnya The Visit menjadi film horor yang berpeluang digemari penonton. Namun yang terjadi adalah sebaliknya. Teknik found footage yang sudah membuat kepala pusing itu dibalut dengan naskah yang kurang matang. Sebaiknya kita salahkan Shyamalan yang duduk dikursi sutradara dan penulis naskah karena nampaknya sineas ini gamang menentukan apakah The Visit akan menjadi horor tegang, atau horor komedi. Jika ingin menjadi horor menegangkan, Shyamalan nampak ragu-ragu menyajikan adegan-adegan mengerikan. Jika ingin menjadi horor komedi, maka Shyamalan tidak berhasil menyelipkan dialog-dialog lucu di dalamnya.
Beberapa adegan yang sebenarnya mampu memicu ketegangan ke level lebih tinggi nampak begitu disia-siakan. Ambil contoh saat sang nenek menyuruh cucu perempuannya membersihkan oven, atau saat sang nenek yang entah sengaja atau tidak menutupi kamera laptop mereka dengan adonan kue yang sukar dibersihkan. Adegan-adegan pemicu ketegangan tersebut tak ditindaklanjuti dengan baik.
Dan saat twist yang ditunggu-tunggu datang, yang terjadi malah antiklimaks sehingga tidak menolong menghilangkan kebosanan penonton akibat terlalu lama menunggu jumpscare.
M. Nigh Shyamalan memang berhasil membuat banyak orang berduyun-duyun membeli tiket untuk menonton The Visit lantaran trailernya yang menjanjikan. Namun nampaknya banyak yang kecewa saat menyaksikannya di bioskop.
The Visit bisa jadi disejajarkan dengan Knock Knock yang mungkin mendapat gelar horor thriller terburuk di tahun 2015 ini.
Hollywoof! memberi nilai C-
The Visit layak ditonton jika penasaran dengan semua karya M. Night Shyamalan yang menurut kalian patut ditonton.
0 komentar:
Post a Comment