Friday 13 November 2015

Menelusuri Tiga Jilid INSIDIOUS - Jilid Berapa Yang Terbaik?

09:28:00

Spoiler Alert!!

Sutradara James Wan membawa nuansa horor Asia ke dalam film Hollywood. Memang ini bukan kali pertama sutradara asal Sarawak Malaysia ini mengambil esensi ke-asia-an film-film dedemit ke dunia barat. Walau karya-karyanya beragam, mulai dari Furious 7 hingga Aquaman (2018), film-film horor garapannya punya ciri khas hingga mudah dikenali. Ciri utamanya adalah: Ada Patrick Wilson. Hehe. (Insidious dan The Conjuring disutradarai James Wan)

James Wan mulai mencuri perhatian saat membuat Saw. Namun setelah di buat berjilid-jilid, film gory ini menjadi gak karuan lagi. Nah, Insidious juga sudah masuk jilid ketiga. Apa film horor ini akan bernasib seperti Saw juga?

Insidious(2010)


Jilid pertama ini banyak dipuji kritikus. Patrick Wilson dan Rose Byrne yang memerankan pasangan Josh dan Renai Lambert baru pindah ke rumah baru yang besar. Masalah muncul saat anak sulung mereka, Dalton koma. Renai meyakini kalau ada kekuatan supranatural yang menyebabkan putranya koma. Walau awalnya tidak percaya, Josh terpaksa harus menyewa jasa Elise Rainier, seorang cenayang paruh baya.

Ternyata, Dalton punya kemampuan melepaskan ruhnya dan
masuk ke dalam dunia lain. Celakanya, saat ruh Dalton meninggalkan tubuhnya, dia tersesat dan tubuhnya menjadi incaran arwah-arwah jahat. Lalu bagaimana Elise menolong Dalton agar bisa kembali ke dunia nyata lagi?

Insidious mampu mencekam banyak penonton. Pilihan James Wan untuk kembali membuat horor oldschool dengan dedemit jahatnya wanita, ternyata berbuah hasil yang bagus. Insidious tak perlu menampilkan adegan berdarah-darah dan kematian yang berlebihan. Cukup dengan menampilkan sosok wanita setan super seram saja sudah sangat mencekam. Karena berhasil menakut-nakuti penonton dengan ritme menegangkan dan plot yang fresh, Insidious mendapat ganjaran perolehan box office yang melimpah. Dan kritikus pun banyak yang memuji.

Insidious Chapter 2 (2013)


Insidious jilid pertama memberi peluang untuk dilanjutkan. Dengan cerdiknya, Insidious membuat penonton terkejut dengan akhir cerita. Coba, siapa yang tak ingin tahu nasib Josh selanjutnya? Dengan modal rasa penasaran penonton yang begitu besar, rasanya tak mungkin jika Patrick Wilson dan Rose Byrne menolak untuk kembali mengulang peran mereka. 

Chapter 2 juga sangat cerdik mengolah cerita. Di jilid kedua ini penonton diajak menelusuri asal-usul para dedemit jahat yang menghantui keluarga Lambert, terutama si wanita berbaju pengantin hitam yang mengerikan itu. 

Walau Elise diceritakan tewas, Cenayang ini kembali hadir dengan dua versi: tua dan muda, dan tak ketinggalan juga kedua anak buahnya yang bertingkah ala Ghostbusters  itu. Memang sih banyak plot holes dan kadar seramnya juga sedikit berkurang, namun kekurangan Chapter 2 masih bisa dimaafkan karena ya itu tadi: penonton dibuat penasaran di jilid pertama.

Chapter 2 ditutup dengan sempurna. Tak ada lagi cliffhanger atau akhir cerita yang menggantung. 


Insidious Chapter 3 (2015)


Kali ini Patrick Wilson dan Rose Byrne tak mau lagi mengulang peran mereka. Tentu saja alasan mereka sangat tepat: Kisah Insidious telah selesai. Dasar Hollywood, mereka tak ingin kisah horor memikat ini habis begitu saja. Tumbalnya tentu saja tokoh Elise. Karena telah tewas di akhir cerita jilid pertama, mau tak mau cerita harus mundur kembali ke belakang. Ta-da! Jadilah sebuah prekuel.

Formula yang diulang tiga kali rasanya tak lagi menarik. Ketegangan dan nuansa seram yang menjadi jumpscare efektif di jilid pertama terasa hambar. Rasa-rasanya Chapter 3 ini hanya menjadi tribute bagi tokoh Elise. Lin Shaye memang piawai membawakan tokoh Elise. Namun aktris teater kawakan ini harus memikul beban berat karena Insidious jilid ini bertumpu pada tokoh Elise. 

Tak bisa disangkal kalau penonton masih merindukan wajah tampan dan cantik Patrick Wilson dan Rose Byrne. Bahkan Delmort Mulroney yang kerap berkaos ketat sekalipun tak mampu menyelamatkan datarnya cerita dijilid ini.


James Wan tak lagi duduk di bangku sutradara. Leigh Whannell yang menulis semua cerita di setiap jilid kini mencoba peruntungan menyutradarai jilid ketiga ini. Asal tahu saja, Whannel memerankan si Specs, anak buahnya Elise.

Chapter 3 tidak jelek sebenarnya, namun tidak bisa melebihi kualitas jilid sebelumnya. Third time's NOT the charm, Leigh.

Lalu mana jilid yang terbaik?

Hollywoof! memilih jilid pertama lah yang terbaik. Mengapa? You know why.

Apakah akan ada jilid keempat? We'll see.


Written by

We are Creative Blogger Theme Wavers which provides user friendly, effective and easy to use themes. Each support has free and providing HD support screen casting.

0 komentar:

Post a Comment

 

© 2013 Hollywoof! . All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top