Wednesday, 4 November 2015

The Fault in Our Stars (2014)

18:29:00




“You don't get to choose if you get hurt in this world,
 but you do have some say in who hurts you.”
(Spoiler Alert!!)

Nampaknya Nicholas Sparks (Safe Haven) harus waspada lantaran John Green akan segera menggeser posisinya sebagai raja penulis novel cerita romantis. The Fault Of Our Stars adalah novel keenam karangan John Green yang masuk deretan buku terlaris sepanjang 2012. Dan film adaptasinya yang dirilis bulan Juni 2014 meraup penjualan tiket yang bombastis disertai sanjungan bertubi-tubi dari para kritikus yang biasanya bersikap tidak ramah terhadap film drama romantis remaja.



Sekarang kita ngomongin filmnya ya, bukan novel. Premis yang ditawarkan The Fault of Our Stars sebenarnya tidak terlalu istimewa. Berkisah tentang Hazel Grace, gadis belia yang sedari kecil menderita kanker thyroid stadium empat dan hampir di vonis berumur pendek namun tetap bertahan hingga sekarang. Kemana-mana Hazel harus mengenakan selang dihidungnya, dan membawa ransel berisi tabung oksigen. Atas desakan orang tuanya, Hazel mengikuti pertemuan di support group yang menjadi wadah curhat bagi para penderita penyakit mematikan. Hazel awalnya enggan, namun hari-harinya akan segera berubah ceria saat Augustus Waters atau Gus ikut hadir. Gus, berusia 18 tahun, mantan atlet bola basket yang harus kehilangan kaki kanannya karena kanker juga. Menyebut dirinya Cyborg, Gus dengan pribadinya yang hangat, pintar dan kocak menjadikan hari-hari Hazel menjadi berwarna.



Singkat cerita, suatu hari Hazel mendapat email dari pengarang novel idolanya untuk berkunjung ke Amsterdam, namun  penyakitnya tak mengizinkannya berpergian. Gus dan ortu Hazel akhirnya bisa membuat impian terakhir gadis cantik ini terwujud. Di Amsterdam, Hazel mendapat petualangan seru, asyik dan menyebalkan yang mungkin tidak bisa dia nikmati lagi. Hazel merasa sisa hidupnya menjadi sangat manis dengan hadirnya Gus. Namun dalam hatinya dia merasa tidak adil bagi Gus yang hanya menikmati kebahagian sesaat lantaran hidupnya tak lama lagi.
Dengan cerdik plot film ini berubah, tanpa disadari penonton, kanker yang merenggut kaki kanan Gus ternyata menyebar. Sementara Hazel tak tentu kapan akan berpulang, Gus hanya akan menghitung hari saja. Sepulang dari Amsterdam, Hazel menghadapi Gus yang berbeda. Cowok periang, tinggi dan tampan itu menjadi pemurung dan menutup diri. Lalu apa yang mesti diperbuat Hazel disaat kekasihnya itu berbalik menjadi orang yang butuh semangat hidup dihari-hari terakhirnya?
 


Hampir lebih dari separuh cerita, penonton tidak dibuat miris atau menangis dengan penderitaan Hazel. Kisah gadis ini dituangkan dengan ceria dan berbunga-bunga dengan penokohan yang sangat loveable dan tangguh. Begitu juga dengan Gus. Siapa yang tak senang dengan perawakannya yang tinggi dan tampan juga pintar dan pandai membanyol. Cintanya yang besar kepada Hazel tidak digambarkan secara klise layaknya film-film remaja sejenis. Interaksi Hazel-Gus begitu pas dan tidak membosankan. Kemistri yang dibangun baik dari percakapan, raut wajah dan bahasa tubuh benar-benar mengena. Jadi jangan heran jika bagian yang menguras airmata dimulai saat Gus memberi tahu Hazel kalau dia akan 'pergi' lebih dulu.
Pujian harus diberikan oleh Shailene Woodley dan Ansel Elgort. Dua bintang baru ini seolah tidak harus bersusah payah berakting memerankan pasangan Hazel dan Gus. Akting mereka begitu natural hingga membangun kemistri yang luar biasa mengesankan. Banyak yang memuji perawakan mereka yang layaknya average American teenagers. Kalo diperhatikan sih memang begitu. Woodley cantiknya tidak berlebihan bak Amanda Seyfried atau Katherine Heigl. Begitu pula Elgort, walau tinggi tampan, dia tak sefiktif perawakan Channing Tatum atau Ben Affleck (terlalu jadul kali ya kalo dibandingkan Ben). Setting Amsterdam yang indah menambah romantis film ini. Mulai dari makan malam romantis di Oranje hingga adegan 'mendaki' lantai demi lantai museum rumah Anne Frank sangat memorable.
The Fault In Our Stars memberi pesan moral yang teramat gamblang. Betapa hidup, sesingkat apapun, harus disyukuri. Dan film ini dengan segala kesederhanaan ceritanya mampu mencabik-cabik sisi rapuh penontonnya. They don't have forever, but they have each other.
                  
Memorable scene:
Saat Gus bercerita tentang kankernya yang datang kembali, dan air mata penonton pun mulai meleleh...
Second best: When they made love for the first time, duh.
Hollywoof gives this flick a solid A

The Fault In Our Stars
Genre              :           Romcom / Drama
Sutradara        :           Josh Boone
Penulis             :           Scott Neustadter
Pemain            :           Shailene Woodley, Ansel Elgort.
Durasi              :           125 menit
Adaptasi          :           Novel berjudul sama.

Written by

We are Creative Blogger Theme Wavers which provides user friendly, effective and easy to use themes. Each support has free and providing HD support screen casting.

6 komentar:

 

© 2013 Hollywoof! . All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top