Simply Amazing
Ekpetasi utama penonton saat menyaksikan film superhero adalah adegan-adegan memukau dengan villain yang setara dengan sang pembela kebenaran. Premis cerita superhero tergolong hampir sama semua sehingga awal dan akhir cerita sudah ada dibenak penonton. Lalu yang akan membuat satu film superhero makin melekat di hati penontonnya adalah dramalurginya. Dengan porsi laga dan drama yang pas, The Amazing Spiderman 2 mampu memuaskan penggemarnya.
Mungkin masih ingat dibenak kita bagaimana Spiderman 2 yang dulu dibintangi Tobey McGuire banyak dipuji-puji lantaran melebihi ekspetasi penonton atas sebuah sekuel. Dan nampaknya The Amazing Spiderman 2 menyamai level tersebut. Ini tak lain karena porsi drama dan pergulatan batin Peter Parker di tampillkan dengan begitu pas. Konflik dua protagonis utama dimainkan dengan apik oleh Andrew Garfield dan Emma Stone. Berbeda dengan tokoh Mary Jane, Gwen Stacy bukan tipikal demsel in distress yang terus-terusan minta diselamatkan dan membuat penonton memekik geram saat sang superhero sedang bertempur dengan sang penjahat.
Masalah mengapa sang villain menjadi jahat dan sang teman baik ikut memusuhi Peter Parker, rasanya semua penonton tak ambil pusing lantaran formula plot film bergenre ini sudah ada pakemnya.
Yang menjadikan The Amazing Spiderman 2 menjadi tidak hambar adalah dialog-dialog yang cerdas, dan sisi humanis dan humoris Spiderman yang dimainkan dengan sangat baik oleh Andrew Garfield. Keputusan sang sutradara untuk tidak membuat Spiderman menjadi terlalu berotot dan berperut kotak-kotak malah makin membuat sosoknya lebih friendly.
Sayangnya, kualitas Jamie Foxx sebagai penjahat tidak tergali dengan maksimal. Terlalu tipikal dan tidak terlalu membuat terkesan. Sosok Max sang Electro belum mampu membuat penonton bersimpati atas kemalangan-kemalangan yang dia alami. Ini menjadi pekerjaan rumah yang patut di perhatikan di sekuel berikutnya. Memberikan background story yang lebih kental pada villain bisa berimbas luar biasa besar pada ikatan emosi penonton. Lihat bagaimana penonton dibuai oleh villain super jahat di trilogi Batman-nya Christian Bale. Ini jelas membuktikan bahwa sisi dramalurgi makin berperan besar dalam film bergenre superhero sekalipun.
Namun, yang menjadi ganjalan adalah tokoh Harry Osborne yang terlalu dipaksakan. Lantaran belum begitu lama kita menikmati persahabatan Peter-Harry di versi Tobey McGuire, persahabatan mereka terasa hambar di The Amazing Spiderman 2. Bahkan kita bisa menyimpulkan dari dialog-dialog yang ada kalau mereka bukanlah kawan karib. Dan lalu menjadi aneh saja saat Harry marah besar karena Peter tidak mau membantunya atas nama persahabatan.
Tertolong oleh dramulurgi yang apik dan akting memikat Andrew Garfield, The Amazing Spiderman 2 menjadi film superhero paling di kenang selama tahun ini, selain tentu saja Captain America: The Winter Soldier yang berada di posisi atas di genre ini.
Ekpetasi utama penonton saat menyaksikan film superhero adalah adegan-adegan memukau dengan villain yang setara dengan sang pembela kebenaran. Premis cerita superhero tergolong hampir sama semua sehingga awal dan akhir cerita sudah ada dibenak penonton. Lalu yang akan membuat satu film superhero makin melekat di hati penontonnya adalah dramalurginya. Dengan porsi laga dan drama yang pas, The Amazing Spiderman 2 mampu memuaskan penggemarnya.
Mungkin masih ingat dibenak kita bagaimana Spiderman 2 yang dulu dibintangi Tobey McGuire banyak dipuji-puji lantaran melebihi ekspetasi penonton atas sebuah sekuel. Dan nampaknya The Amazing Spiderman 2 menyamai level tersebut. Ini tak lain karena porsi drama dan pergulatan batin Peter Parker di tampillkan dengan begitu pas. Konflik dua protagonis utama dimainkan dengan apik oleh Andrew Garfield dan Emma Stone. Berbeda dengan tokoh Mary Jane, Gwen Stacy bukan tipikal demsel in distress yang terus-terusan minta diselamatkan dan membuat penonton memekik geram saat sang superhero sedang bertempur dengan sang penjahat.
Masalah mengapa sang villain menjadi jahat dan sang teman baik ikut memusuhi Peter Parker, rasanya semua penonton tak ambil pusing lantaran formula plot film bergenre ini sudah ada pakemnya.
Yang menjadikan The Amazing Spiderman 2 menjadi tidak hambar adalah dialog-dialog yang cerdas, dan sisi humanis dan humoris Spiderman yang dimainkan dengan sangat baik oleh Andrew Garfield. Keputusan sang sutradara untuk tidak membuat Spiderman menjadi terlalu berotot dan berperut kotak-kotak malah makin membuat sosoknya lebih friendly.
Sayangnya, kualitas Jamie Foxx sebagai penjahat tidak tergali dengan maksimal. Terlalu tipikal dan tidak terlalu membuat terkesan. Sosok Max sang Electro belum mampu membuat penonton bersimpati atas kemalangan-kemalangan yang dia alami. Ini menjadi pekerjaan rumah yang patut di perhatikan di sekuel berikutnya. Memberikan background story yang lebih kental pada villain bisa berimbas luar biasa besar pada ikatan emosi penonton. Lihat bagaimana penonton dibuai oleh villain super jahat di trilogi Batman-nya Christian Bale. Ini jelas membuktikan bahwa sisi dramalurgi makin berperan besar dalam film bergenre superhero sekalipun.
Namun, yang menjadi ganjalan adalah tokoh Harry Osborne yang terlalu dipaksakan. Lantaran belum begitu lama kita menikmati persahabatan Peter-Harry di versi Tobey McGuire, persahabatan mereka terasa hambar di The Amazing Spiderman 2. Bahkan kita bisa menyimpulkan dari dialog-dialog yang ada kalau mereka bukanlah kawan karib. Dan lalu menjadi aneh saja saat Harry marah besar karena Peter tidak mau membantunya atas nama persahabatan.
Tertolong oleh dramulurgi yang apik dan akting memikat Andrew Garfield, The Amazing Spiderman 2 menjadi film superhero paling di kenang selama tahun ini, selain tentu saja Captain America: The Winter Soldier yang berada di posisi atas di genre ini.
B+
THE AMAZING SPIDERMAN 2
Sutradara : Marc Webb
Penulis : Alex Kurtzman, Roberto Orci
Pemain : Andrew Garfield, Emma Watson, Jamie Foxx
Durasi : 142 menit
THE AMAZING SPIDERMAN 2
Sutradara : Marc Webb
Penulis : Alex Kurtzman, Roberto Orci
Pemain : Andrew Garfield, Emma Watson, Jamie Foxx
Durasi : 142 menit
0 komentar:
Post a Comment