Begitu hebatnya pengaruh Alfred Hitchcock dalam genre thriller psikologis sehingga lahirlah genre film yang disebut Hitchcockian. The Gift yang mengawali debut penyutradaraan aktor Joel Edgerton (juga bermain sebagai Gordo di film ini), nampaknya bisa dimasukkan dalam genre tersebut. Sebagai sutradara debutan, Joel Edgerton sudah bisa dibilang piawai dalam menampilkan atmosfir misterius sepanjang film. Di bagian cerita pun nampaknya Edgerton cukup berhati-hati agar naskah yang ditulisnya tak berdarah-darah dan tetap membuat penonton terus berpikir apa yang sebenarnya terjadi hingga film usai. Bahkan terus menjadi perdebatan setelahnya.
Joel Edgerton ditemani Jason Batemen dan Rebecca Hall yang sudah tak asing lagi. Trio ini membangun cerita yang awalnya nampak seperti drama biasa, namun berakhir dengan pembalasan dendam.
The Gift menceritakan tentang sepasang suami istri, Simon dan Robyn, yang baru pindah ke lingkungan baru. Tanpa diduga, sang suami bertemu dengan pria bernama Gordon atau Gordo yang dulunya satu SMA dengan Simon. Awalnya pertemuan dengan Gordo seperti reuni tak direncanakan, namun ternyata Gordo menyimpan dendam pribadi terhadap Simon yang terus dibawanya dari bangku SMA. Dendam apakah itu? Apa yang akan dilakukan Gordo?
Untuk menghidupkan kisah thriller psikologis, tugas terberat adalah menghadirkan tokoh yang terlihat seperti orang biasa, namun sebenarnya seorang psikopat. Tugas ini sudah dijalankan dengan baik oleh mantan bintang cilik Freddie Highmore di serial Bates Motel. Lalu apakah Joel Edgerton mampu menjalankan tugas itu? Nampaknya, tugasnya sebagai aktor di tengah tugas lainnya seperti menjadi sutradara, produser dan penulis naskah di film ini, sudah dijalaninya dengan baik. Edgerton berhasil membingungkan penonton lewat perannya sebagai Gordo. Penonton diajak terus berpikir apakah Gordo baik atau jahat hingga akhir cerita. Sementara Rebecca Hall tidak diberi ruang banyak untuk mengekplorasi perannya sebagai Robyn, Jason Batemen malah memberikan penampilan yang prima. Aktor satu ini nampak piawai memerankan seorang suami yang awalnya sangat bahagia namun berakhir menjadi serba salah dalam mengambil sikap.
Namun ada catatan yang harus diperhatikan, The Gift mempunyai plot yang terbilang datar dan menyimpan sedikit letupan-letupan sepanjang film. Ritmenya masih bisa dibilang baik, namun kejutan-kejutan yang dihadirkan terbilang klise dan menyimpan beberapa plot hole. Saat ritme berganti tegang, tiba-tiba film berakhir dan barulah kita sadar kalau itu ternyata klimaksnya.
Penonton yang terbiasa dengan genre semacam ini akan merasa biasa saja, namun yang belum terbiasa akan melongo seolah film berakhir tanpa penyelesaian.
The Gift layak ditonton karena:
Jason Batemen bermain bagus.
0 komentar:
Post a Comment